Minggu, 04 Desember 2011
“ KRITIK SEDERHANA UNTUK UIN ALAUDDIN…!!”
Makassar, 16 November 2011
Melihat kondisi kampus UIN Alauddin Makassar saat ini, sudah barang tentu kita dapat memberikan apresiasi terhadap perkembangan pembangunan fisik kampus yang luar biasa. Bangunan megah nan mewah berjejer menghiasi kompleks kampus hijau, baik yang kampus 1 apalagi kampus 2 yang elite. Universitas yang berambisi menjadi “world Class University” atau universitas yang bertaraf internasional ini dibangun dengan bantuan dana IDB (Islamic Development Bank) telah memiliki fasilitas penunjang pendidikan yang cukup lengkap dan mahal dibanding dengan kampus-kampus lainnya yang berada di Indonesia Timur. Akan tetapi, pembangunan fisik kampus hijau ini, belum dibarengi usaha maksimal untuk memperbaiki kinerja dan sistem pendidikan yang dianggab tidak optimal dalam usaha mensejajarkan kualitas sumber daya manusia (baik itu mahasiswa, dosen, maupun staf). Kondisi ini terlihat sangat ironis, jika membandingkan dengan kampus-kampus lain di Indonesia. Berbagai hal yang patut dikritisi adalah usaha pemanfaatan fasilitas penunjang pendidikan kepada mahasiswa untuk melaksanakan berbagai kegiatan positif belum mendapat perhatian serius dari pemangku kebijakan kampus. Apalagi pengembangan organisasi kemahasiswaan yang terkesan setengah hati dan tidak serius mengakibatkan tidak adanya perubahan pola berpikir dan bertindak mahasiswa yang seharusnya lebih adaptif terhadap perkembangan zaman, ilmu pengatahuan dan teknologi, budaya intelektual, serta tantangan perubahan itu sendiri. Sebenarnya pihak birokrasi kampus sangat memahami peran strategis dari organisasi atau lembaga kemahasiswaan sebagai tempat mengapresiasikan potensi dan kreatifitas, serta berbagai kegiatan positif lainnya yang mampu membentuk sistem pendidikan yang kondusif dan membangun karakter mahasiswa itu sendiri. Kita mungkin prihatin melihat kultur yang hidup dan berkembang di kalangan mahasiswa maupun organisasi kemahasiswaan hari ini. Seolah-olah Tridarma Perguruan Tinggi (Pendidikan, penelitian, dan pengapdian) tidak lagi menjadi gambaran dari wajah universitas itu sendidiri. Sehingga saat ini muncul kesan bahwa kampus hanya memprioritaskan pembangunan fisik gedung/bangunan dan fasilitas penunjang lainnya yang mahal, serta konsentrasi hanya mengejar profit semata lewat BLU (Badan Layanan Umum) yang mengelola semua fasilitas di atas.
Mungkin dapat kita ambil suatu contoh kasus yang cukup menggelitik, di Fakultas Syariah & Hukum semua toilet yang digunakan merupakan toilet modern dan cukup mewah, seperti penggunaan klosed duduk. Akan tetapi sekarang banyak yang rusak, bau, dan jorok karena banyak yang tidak terbiasa menggunakannya atau terbiasa dengan klosed jongkok. Inilah potret dimana begitu nyatanya ketimpangan antara fasilitas fisik kampus dan sumber daya manusianya. Saat ini sikap hedonis tengah menyerang bangsa ini, terlihat jelas dari budaya hedonis di kalangan kaum intelektual seperti mahasiswa, dosen, dan pejabat kita. Mungkin diperlukan seorang “Super Hero” yang tidak hanya memiliki kekuatan super tetapi juga keberanian yang lebih untuk berdiri di sudut yang tak menguntungkan dan penuh resiko dalam memperbaiki keadaan ini. Oleh karena itu, banyak harapan akan kualitas pendidikan dan kehidupan yang jauh lebih baik, terlebih UIN Alaudin Makassar sebagai poros keilmuan sekaligus pusat pengembangan pendidikan dan penelitian yang berciri khas islam diharapkan mampu melahirkan kader-kader intelektual yang berkarakter dan unggul. Semoga prestasi keilmuan dan nilai pengabdian kita lebih tinggi ketimbang keterpurukan moral yang akhir-akhir ini dipertunjukan secara tidak etis dalam dunia pendidikan bangsa ini.
Hari ini kita seolah-olah hidup dalam dunia yang berbeda dari tempat kita berpijak…!!
Penulis: Abdurrahman, FSH (smster VII)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar