Jumat, 26 April 2013
Sejarah Kabupaten Manggarai NTT
SEJARAH MANGGARAI
Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis "Copa de Flores" yang berarti " Tanjung Bunga". Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad.
Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.
Sejarah masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masing-masing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow, 1989; Taum, 1997b). Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, etnis di Flores (Keraf, 1978; Fernandez, 1996) adalah sebagai berikut:
• Etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen);
• Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio);
• Etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang);
• Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah);
• Etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan).
Masyarakat Manggarai Barat merupakan bagian dari masyarakat Manggarai. Pada zaman reformasi, Manggarai mengalami perubahan, dengan melakukan pemekaran wilayah menjadi Manggarai dan Manggarai Barat. Perubahan ini terjadi pada tahun 2003. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga secara historis antara masyarakat Manggarai dan Manggarai Barat tidak dapat dipisahkan diantara keduanya.
Masyarakat Manggarai (termasuk masyarakat Manggarai Barat) merupakan bagian dari enam kelompok etnis di Pulau Flores seperti diuraikan di atas. Manggarai adalah bagian dari Manggarai-Riung. Dalam masyarakat tradisional Manggarai termasuk Manggarai Barat terdiri dari 38 kedaluan (hameente), yakni: Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkir, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus, Rimu, Welak, Pacar, Reho, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal, Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo'o dan Bajo. Dari setiap kedaluan bersemi mitos atau kisah kuno mengenai asal usul leluhurnya dengan banyak kesamaan, yaitu bagaimana nenek moyangnya datang dari laut/seberang, bagaimana nenek moyangnya turun dari gunung, menyebar dan mengembangkan hidup dan kehidupan purbanya serta titisannya.
Manggarai (termasuk Manggarai Barat) Sampai Abad XIX
Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda dan sebagainya.
Cina
Pengaruh Cina cukup kuat dan merata di seluruh propinsi NTT. Di Manggarai, pengaruh Cina dibuktikan dengan ditemukannya barang-barang Cina seperti guci, cermin, perunggu, uang cina dan sebagainya. Pengaruh Cina dimulai sejak awal masehi. Dari benda-benda yang ditemukan di Warloka terdapat sejumlah benda antik dari Dinasti Sung dan Ming, dibuat antara tahun 960 sampai tahun 1644.
Jawa
Pengaruh Jawa terutama berlangsung pada masa Hindu. Di Timo, pada tahun 1225 telah ada utusan dari Jawa. Diberbagai daerah di NTT ditemukan mitos mengenai Madjapahit. Sedangkan di Manggarai, label Jawa jadi toponimi di beberapa tempat, seperti Benteng Jawa.
Bugis, Makasar, Bima.
Pengaruh Bugis, Makasar di NTT termasuk luas, di Flores, Solor, Lembata, Alor dan Pantar.
Kesultanan Goa. Sekitar tahun 1666, orang-orang Makasar, Sultan Goa, tidak hanya menguasai Flores Barat bagian selatan, tetapi juga seluruh Manggarai. Mereka menyetorkan upeti / pajak ke Sultan Goa. Kesultanan Goa berjaya di Flores sekitar tahun 1613 –1640. Pengaruh Goa nampak diantaranya pada budaya baju bodo dan pengistilahan Dewa Tertinggi Mori Kraeng. Dalam peristilahan harian, kata Kraeng dikenakan bagi para ningrat. Istilah tersebut mengingatkan gelar Kraeng atau Daeng dari gelar kebangsawanan di Sulawesi Selatan.
Kesultanan Bima. Pada tahun 1722, Sultan Goa dan Bima berunding. Hasil perundingan, daerah Manggarai diserahkan kepada Sultan Bima sebagai mas kawin. Sementara itu, di Manggarai muncul pertentangan antara Cibal dan Todo. Tak pelak, meletus pertempuran di Reok dan Rampas Rongot atau dikenal dengan Perang Rongot, yang dimenangkan Cibal. Pertentangan antara Cibal dan Todo, kemudian melahirkan Perang Weol I, Perang Weol II dan Perang Bea Loli (Wudi). Perang Weol Ikemenangan di pihak Cibal. Tetapi dalam perang Weol II dan Perang Bea Loli, Cibal mengalami kekalahan. Bima saat itu membantu Todo. Kenyataan ini mengkokohkan posisi Bima di Manggarai, hingga masuknya pengaruh ekspedisi Belanda pertama tahun 1850 dan ekspedisi kedua tahun 1890 dibawah pimpinan Meerburg. Ekspedisi yang terakhir pada tahun 1905 dibawah Pimpinan H.Christofel. Kehadiran Belanda di Manggarai, membuahkan perlawanan sengit antara Belanda dan rakyat Manggarai di bawah Pimpinan Guru Amenumpang yang bergelar Motang Rua tahun 1907 dan 1908. Namun sebelum menghadapi perlawanan Motang Rua, Belanda mendapat perlawanan dari Kraeng Tampong yang akhirnya tewas ditembak Belanda dan dikuburkan di Compang Mano.
Selain Kesultanan Goa dan Bima,
Kerajaan lain yang pernah berkuasa di Manggarai adalah Kerajaan Cibal, Kerajaan Lambaleda, Kerajaan Todo, Kerajaan Tana Dena dan Kerajaan Bajo. Pada saat ini bukti serajah tentang kerajaan tersebut yang masih tersisa adalah Kerajaan Todo, walaupun kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Referensi tentang penelusuran tentang kerajaan-kerajaan Manggarai sulit untuk didapatkan.
Belanda.
Pengaruh Belanda ada sejak adanya 3 kali ekspedisi Belanda ke Manggarai, yaitu tahun 1850,1890, dan tahun 1905. Pengaruh Belanda di Manggarai terutama pada didirikannya sekolah-sekolah dan agama Katolik.
By Willh Nobis
KACAUNYA UJIAN NASIONAL (UN) 2013, SIAPA BERTANGGUNG JAWAB?
Wah, Sobat Teen sudah pada mulai deg-degan nih ya. Ujian Nasional sudah dimulai sejak kemarin (15/03/13). Eh, tapi ternyata ada yang jantungnya bakal lebih lama berdebar nih. Bukan karena kesulitan mengerjakan soal ujian, ini malah gara-gara ujiannya ditunda. Semua disebabkan karena soal belum sampai ke lokasi ujian. Waduh, kok bisa? Kita simak yuk di Cerita Kita yang sisusun sama Kak Ika Manan.
Apa coba yang selalu bikin dada berdebar keras selain lihat gebetan lewat? Yup, Ujian Nasional alias UN. Beuhhh yang satu ini kayaknya enggak pernah habis deh buat dibahas. Pro dan kontra terus saja ada.
Enggak percaya? Komisi Perlindungan Anak Indonenesia (KPAI) aja nih sampai-sampai bilang UN ini adalah bentuk kekerasan yang dilakukan negara sama anak. Wuih serius nih Kak Badriyah Fayumi?
“Stresnya lebih-lebih dari anaknya, bahkan harus bayar uang les dan lain sebagainya. Para guru juga tertekan karena kelulusan 100 persen itu seolah-olah menentukan citra sekolah dan ditargetkan juga oleh Dinas Pendidikan. Jadi sebenarnya UN ini kebijakan nasional yang pada tataran implementasi, baik persiapan maupun pelaksanaannya adalah betul-betul bentuk kekerasan negara terhadap anak,” kata kak Badriyah Fayumi.
Kak Badriyah Fayumi yang jadi ketua KPAI menggarisbawahi banget bagaimana stressnya menghadapi UN. Yang stress bukan hanya siswa aja loh tapi juga guru dan orang tua murid.
Gimana enggak stress kalau pelaksanaan UN juga kemudian dari tahun ke tahun bukannya membaik malah memburuk. Contohnya pelaksanaan UN tahun ini yang mundur di 11 provinsi. Mundurnya UN ini gara-gara soalnya yang enggak nyampe-nyampe. Salah satunya yang kejadian di Gorontalo.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Gorontalo, Pak Arfan Arsyad sampai bingung banget deh.
“Kalau kita bicara capek, kami ini capek sekali. Karena sedikit-sedikit informasi ‘sudah diterbangkan’. Kami buru-buru ke bandara. Eh, sampai malam tidak datang,” curhat pak Arfan.
Gorontalo tidak sendirin. Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah juga Sulawesi Selatan idem dito alias mengalami hal yang sama. Dududu kok bisa ya?
Nggak cuma soal yang tidak sampai-sampai yang jadi masalah, Sobat Teen. Ada juga lembar soal ujian SMK yang tertukar sama soal berkas ujian siswa SMA. Aduhh aduhhh, ini terjadi di enam SMK di Bandung, Jawa Barat. Akhirnya, siswa SMK tersebut terpaksa mengisi soal ujian nasional bahasa Inggris yang terlebih dahulu difotocopy, tanpa menggunakan lembar jawaban. Haduuuhhh, kacauuu nih.
Sobat kita dari SMA Negeri 1 Mataram Arditra dan Gayatri geeeemmmes sama pemerintah. Bagaimana tidak, sudah semangat-semangat belajar dan mempersiapkan ujian, tiba-tiba ditunda ujiannya.
“Kecewa berat sih sama pemerintah, tapi mau gimana lagi. Udah belajar sana-sini sama teman, sampai les tambahan, tapi kalau sudah kayak gini mau gimana lagi. Dan beritanya telat sekali lagi,” Kata Arditra.
“Karena agenda sekolah yang lain juga terpaksa mundur. Karena kan setelah UN SMA itu kan banyak rencana, ada teman-teman yang rencana mau ke luar daerah buat persiapan PTN jadi mundur. Karena anak SMA habis UN kan ada yang mulai Bimbel atau apa, yang uda nentuin tanggal ya jadi berantakan lagi,” ungkap Gayatri.
Pak Menteri sih memang sudah minta maaf dan berjanji mempertanggungjawabkan menyelesaikan masalah ini. Tapi tetep, Kemendikbud tidak mau disalahkan terkait penundaan UN ini.
“Jadi yang inspektorat temukan di lapangan itu bukan manajemen percetakan tapi manajemen pencetakan, yang menyebabkan terlambatnya pengepakandan memasukkan ke box lalu dibawa ke ekspedisi, dalam hal ini Lanud (Pangkalan TNI Angkatan Udara), itu yang menyebakan keterlambatan. Jadi manajemen pencetakan ini yang diakui juga saat presscon kemarin oleh pihak Ghalia sendiri,” ucap pak Ibnu Hamad membela diri.
Itu tadi Juru Bicara Kemendikbud, Pak Ibnu Hamad. PT Ghalia adalah salah satu dari enam perusahaan percetakan yang mencetak soal-soal UN Sobat Teen. Pak Ibnu Hamad juga bilang, lima perusahaan lainnya tidak ada masalah, cuma PT Ghalia saja nih.
Oke, nasi sudah menjadi bubur. Yang penting gimana caranya biar buburnya jadi enak iyakan sobat teen? Terussss seperti pesannya Arditra di Mataram buat pemerintah nih?
“Pesannya buat pemerintah satu aja nih mba, agar tahun depan jangan diulangi lagi.”
Selamat menempuh ujian nasional. Teen Voice doakan semuanya pada lulus dengan nilai memusakan ya.
Langganan:
Postingan (Atom)