Minggu, 28 April 2013

DOKTOR CILIK PENGHAFAL AL-QURAN in MADING ONLINE MAN REO

Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i, Lahir pada tanggal 16 Februari 1991 di kota Qom, sekitar 135 kilometer dari Teheran, ibu kota Iran. Dia adalah Doktor Cilik Hafal dan Paham Alquran. Dia mendapat gelar Doktor pada usia 7 tahun di Hijaz Collage Islamic University yang terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris,sekitar 32 kilometer dari kota Birmingham. Dia menjalani ujian selama 210 menit dan memperoleh nilai 93. Sesuai standar dari Hijaz Collage Islamic University, dengan nilai 93, Husein menerima ijazah Doktor Honoris Causa dalam bidang “Science of The Retention of The Holy Quran ”. Jika Anda seorang muslim, pada usia berapa Anda belajar membaca Al Quran, dan berapa juz yang Anda hafal? Umumnya anak - anak muslim di Indonesia mulai belajar mengaji pada usia sekolah dasar. Dulu, orang tua memanggil ustadz/ustadzah ke rumah untuk mengajar anak-anaknya mengaji. Namun kini, seiring maraknya Taman Pendidikan Al Quran (TPA) dan ditemukannya metode belajar cepat baca Al Quran, orang tua memasukkan anak-anaknya ke TPAuntuk belajar membaca dan menulis Al Quran. Hasilnya, anak-anak muslim saat ini sudah banyak yang melek huruf Al Quran dan hafal juz amma (juz 30), yang terdiri dari surah-surah pendek yang mudah di hafal. Tapi tak banyak produk TPA yang menjadi hafiz (penghafal Al Quran), karena TPA tidak didesain untuk mencetak hafiz, dan program menjadi hafiz biasanya ditangani pesantren-pesantren Al Quran. Seorang anak Iran bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i, yang mulai belajar Al Quran pada usia 2 tahun, dan berhasil hafal 30 juz dalam usia 5 tahun! Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam bahasa ibunya (Persia), memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapansehari-hari. Bahkan dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat, dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran. Dia mampu secara berurutan menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap halaman Al Quran, atau menyebutkan ayat-ayat dalam satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama. Yang lebih mengagumkan lagi, di usia 7 tahun Husein berhasil meraih gelar doktor honoris causa dari Hijaz College Islamic University, Inggris, pada Februari 1998. Saat itu, Husein menjalani ujian selama 210 menit, dalam dua kali pertemuan. Ujian yang harus dilaluinya meliputi lima bidang. Yakni, menghafal Al Quran dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat Al Quran, menafsirkan dan menerangkan ayat Al Quran dengan menggunakan ayat lainnya, bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran, dan metode menerangkan makna Al Quran dengan metode isyarat tangan. Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil diraih bocah itu adalah 93. Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 60-70 akan diberi sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister kehormatan, dan di atas 90 doktor kehormatan (honoris causa). Pada 19 Februari1998, bocah Iran tersebut menerima ijazah doktor honoris causa dalam bidang Science of The Retention of The Holy Quran. Selama di Inggris, Husein juga diundang dalam berbagai majelis yang diadakan komunita smuslim setempat. Umumnya hadirin ingin menguji kemampuan bocah ajaib tersebut. Uniknya, Husein menjawab semua pertanyaan dengan mengutip ayat Al Quran. Contohnya, dalam satu forum seseorang bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang budaya Barat?" Husein menjawab, "(Mereka) menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya." (QS 19:59). Penanya lain bertanya, "Apa yang dilakukan Imam Khomeini terhadap Iran?" Husein menjelaskan, "(Dia) membuang dari mereka beban - beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka." (QS 7:15). Maksudnya, pada masa pemerintahan monarki, rakyat Iran terbelenggu dan tertindas. Lalu Imam Khomeini memimpin revolusi untuk membebaskan rakyat dari belenggu dan penindasan. Untuk kasus Husein, proses pendidikan Al Quran telah dimulai sejak dia masih dalam kandungan. Orang tua Husein menikah ketika mereka masing-masing berusia 17 tahun, dan setelah menikah keduanya bersama-sama berusaha menghafal Al Quran. Tekad itu akhirnya tercapai enam tahun kemudian, ketika mereka berhasil menghafal 30 juz Al Quran. Dalam proses menghafal itu, keduanya membentuk kelompok khusus penghafalan Al Quran. Dalam kelompok itu, secara teratur dan terprogram, orang tua Husein dan rekan-rekannya yang juga berkeinginan untuk menghafal AlQuran, bersama-sama mengulang hafalan, mengevaluasi dan menambah hafalan. Orangtua Husein juga mendirikan kelas-kelas pelajaran Al Quran yang diikuti oleh para pencinta Al Quran. Seiring dengan kegiatan belajar dan mengajar Al Quran orang tuanya, Husein dan saudara-saudaranya tumbuh besar. Husein sejak kecil selalu diajak ibunya untuk menghadiri kelas-kelas Al Quran. Meskipun di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan, namun ternyata dia menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan, Husein sudah menghafal juz ke-30 (juz amma) secara otodidak, hasil dari rutinitasnya dalam mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan pengajar Al Quran, serta aktivitas kakak-kakaknya dalam mengulang-ulang hafalan mereka. Melihat bakat istimewa Husein, ayahnya, Sayyid Muhammad MahdiTabataba'i, pun secara serius mengajarkan hafalan Al Quran juz ke-29. Setelah Husein berhasil menghafal juz ke-29, dia mulai diajari hafalan juz pertama oleh ayahnya. Awalnya, sang ayah menggunakan metode biasa, yakni membacakan ayat-ayat yang harus dihafal, biasanya setengah halaman dalam sehari dan setiap pekan. Namun ayahnya menyadari bahwa metode seperti itu memiliki dua persoalan. Pertama, ketidakmampuan Husein membaca Al Quran membuatnya sangat tergantung kepada ayahnya dalam mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah dihafal. Kedua,metode penghafalan Al Quran secara konvensional ini sangat ‘kering' dan tidak cocok bagi psikologis anak usia balita. Selain itu, Husein tidak bisa memahami dengan baik makna ayat-ayat yang dihafalnya karena banyak konsep-konsep yang abstrak, yang sulit dipahami anak balita. Untuk menyelesaikan persoalan pertama, Husein mulai diajari membaca Al Quran , agar dia bisa mengecek sendiri hafalannya. Untuk menyelesaikan persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode sendiri untuk mengajarkan makna ayat-ayat Al Quran,yaitu dengan menggunakan isyarat tangan. Misalnya, kata Allah, tangan menunjukke atas, kata yuhibbu (mencintai) , tangan seperti memeluk sesuatu, dan kata sulh (berdamai), duatangan saling berpegangan. Ayah Husein biasanya akan menceritakan makna suatu ayat secara keseluruhan dengan bahasa sederhana kepada Husein. Kemudian dia akan mengucapkan ayat itu sambil melakukan gerakan-gerakan tangan yang mengisyaratkan makna ayat. Metode ini sedemikian berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam menguasai ayat-ayat AlQuran sehingga dengan mudah dia mampu menerjemahkan ayat-ayat itu ke dalam bahasa Persia dan mampu menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari. Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba'i, menampik pendapat yang mengatakan anaknya istimewa. Menurut Mahdi, Husein memiliki kemampuan di atas rata-rata, dan setiap anak bisa saja dididik untuk memiliki kemampuan seperti Husein. Namun, tentu saja, prakondisi dan kondisinya haruslah lengkap. Misalnya, sejak sebelum masa kehamilan, kedua orang tua Husein sudah mulai menghafal Al Quran. Selama masa kehamilan dan menyusui, ibunda Husein juga teratur membacakan ayat-ayat suci untuk putranya. Dan sejak kecil Husein sudah dibesarkan dalam lingkungan yang cinta Al Quran. Ayahanda Husein juga berpesan, bila orang tua menginginkan anaknya jadi pencinta AlQuran dan penghafal Al Quran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah orangtua terlebih dahulu juga mencintai Al Quran dan rajin membacanya di rumah. Husein sejak matanya bisa menatap dunia telah melihat Al Quran, mendengarkan bacaan Al Quran, dan akhirnya menjadi akrab dengan Al Quran. Bagi pararemaja, perlu disimak pesan Husein tentang cara pandang seorang remaja terhadapAl Quran. Menurut dia, pandangan seorang remaja terhadap Al Quran haruslah seperti pandangan terhadap minyak wangi. Ketika kita keluar rumah, tentu kita selalu ingin wangi dan menggunakan minyak wangi. Kita juga harus berusaha mengharumkan jiwa dengan membaca dan menghayati Al Quran. Seorang remaja, kataHusein, harus menyimpan Al Quran di dadanya supaya sedikit demi sedikit perilaku dan pembicaraannya dipengaruhi oleh Al Quran. sumber : Sinopsis Buku Sayyid Muhammad HuseinTabataba’i. "Doktor Cilik Hafal & Paham AL Qur'an"

Jumat, 26 April 2013

Sejarah Kabupaten Manggarai NTT

SEJARAH MANGGARAI Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis "Copa de Flores" yang berarti " Tanjung Bunga". Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular. Sejarah masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masing-masing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow, 1989; Taum, 1997b). Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, etnis di Flores (Keraf, 1978; Fernandez, 1996) adalah sebagai berikut: • Etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen); • Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio); • Etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang); • Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah); • Etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian selatan). Masyarakat Manggarai Barat merupakan bagian dari masyarakat Manggarai. Pada zaman reformasi, Manggarai mengalami perubahan, dengan melakukan pemekaran wilayah menjadi Manggarai dan Manggarai Barat. Perubahan ini terjadi pada tahun 2003. Pemekaran wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga secara historis antara masyarakat Manggarai dan Manggarai Barat tidak dapat dipisahkan diantara keduanya. Masyarakat Manggarai (termasuk masyarakat Manggarai Barat) merupakan bagian dari enam kelompok etnis di Pulau Flores seperti diuraikan di atas. Manggarai adalah bagian dari Manggarai-Riung. Dalam masyarakat tradisional Manggarai termasuk Manggarai Barat terdiri dari 38 kedaluan (hameente), yakni: Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkir, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus, Rimu, Welak, Pacar, Reho, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal, Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo'o dan Bajo. Dari setiap kedaluan bersemi mitos atau kisah kuno mengenai asal usul leluhurnya dengan banyak kesamaan, yaitu bagaimana nenek moyangnya datang dari laut/seberang, bagaimana nenek moyangnya turun dari gunung, menyebar dan mengembangkan hidup dan kehidupan purbanya serta titisannya. Manggarai (termasuk Manggarai Barat) Sampai Abad XIX Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda dan sebagainya. Cina Pengaruh Cina cukup kuat dan merata di seluruh propinsi NTT. Di Manggarai, pengaruh Cina dibuktikan dengan ditemukannya barang-barang Cina seperti guci, cermin, perunggu, uang cina dan sebagainya. Pengaruh Cina dimulai sejak awal masehi. Dari benda-benda yang ditemukan di Warloka terdapat sejumlah benda antik dari Dinasti Sung dan Ming, dibuat antara tahun 960 sampai tahun 1644. Jawa Pengaruh Jawa terutama berlangsung pada masa Hindu. Di Timo, pada tahun 1225 telah ada utusan dari Jawa. Diberbagai daerah di NTT ditemukan mitos mengenai Madjapahit. Sedangkan di Manggarai, label Jawa jadi toponimi di beberapa tempat, seperti Benteng Jawa. Bugis, Makasar, Bima. Pengaruh Bugis, Makasar di NTT termasuk luas, di Flores, Solor, Lembata, Alor dan Pantar. Kesultanan Goa. Sekitar tahun 1666, orang-orang Makasar, Sultan Goa, tidak hanya menguasai Flores Barat bagian selatan, tetapi juga seluruh Manggarai. Mereka menyetorkan upeti / pajak ke Sultan Goa. Kesultanan Goa berjaya di Flores sekitar tahun 1613 –1640. Pengaruh Goa nampak diantaranya pada budaya baju bodo dan pengistilahan Dewa Tertinggi Mori Kraeng. Dalam peristilahan harian, kata Kraeng dikenakan bagi para ningrat. Istilah tersebut mengingatkan gelar Kraeng atau Daeng dari gelar kebangsawanan di Sulawesi Selatan. Kesultanan Bima. Pada tahun 1722, Sultan Goa dan Bima berunding. Hasil perundingan, daerah Manggarai diserahkan kepada Sultan Bima sebagai mas kawin. Sementara itu, di Manggarai muncul pertentangan antara Cibal dan Todo. Tak pelak, meletus pertempuran di Reok dan Rampas Rongot atau dikenal dengan Perang Rongot, yang dimenangkan Cibal. Pertentangan antara Cibal dan Todo, kemudian melahirkan Perang Weol I, Perang Weol II dan Perang Bea Loli (Wudi). Perang Weol Ikemenangan di pihak Cibal. Tetapi dalam perang Weol II dan Perang Bea Loli, Cibal mengalami kekalahan. Bima saat itu membantu Todo. Kenyataan ini mengkokohkan posisi Bima di Manggarai, hingga masuknya pengaruh ekspedisi Belanda pertama tahun 1850 dan ekspedisi kedua tahun 1890 dibawah pimpinan Meerburg. Ekspedisi yang terakhir pada tahun 1905 dibawah Pimpinan H.Christofel. Kehadiran Belanda di Manggarai, membuahkan perlawanan sengit antara Belanda dan rakyat Manggarai di bawah Pimpinan Guru Amenumpang yang bergelar Motang Rua tahun 1907 dan 1908. Namun sebelum menghadapi perlawanan Motang Rua, Belanda mendapat perlawanan dari Kraeng Tampong yang akhirnya tewas ditembak Belanda dan dikuburkan di Compang Mano. Selain Kesultanan Goa dan Bima, Kerajaan lain yang pernah berkuasa di Manggarai adalah Kerajaan Cibal, Kerajaan Lambaleda, Kerajaan Todo, Kerajaan Tana Dena dan Kerajaan Bajo. Pada saat ini bukti serajah tentang kerajaan tersebut yang masih tersisa adalah Kerajaan Todo, walaupun kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Referensi tentang penelusuran tentang kerajaan-kerajaan Manggarai sulit untuk didapatkan. Belanda. Pengaruh Belanda ada sejak adanya 3 kali ekspedisi Belanda ke Manggarai, yaitu tahun 1850,1890, dan tahun 1905. Pengaruh Belanda di Manggarai terutama pada didirikannya sekolah-sekolah dan agama Katolik. By Willh Nobis

KACAUNYA UJIAN NASIONAL (UN) 2013, SIAPA BERTANGGUNG JAWAB?

Wah, Sobat Teen sudah pada mulai deg-degan nih ya. Ujian Nasional sudah dimulai sejak kemarin (15/03/13). Eh, tapi ternyata ada yang jantungnya bakal lebih lama berdebar nih. Bukan karena kesulitan mengerjakan soal ujian, ini malah gara-gara ujiannya ditunda. Semua disebabkan karena soal belum sampai ke lokasi ujian. Waduh, kok bisa? Kita simak yuk di Cerita Kita yang sisusun sama Kak Ika Manan. Apa coba yang selalu bikin dada berdebar keras selain lihat gebetan lewat? Yup, Ujian Nasional alias UN. Beuhhh yang satu ini kayaknya enggak pernah habis deh buat dibahas. Pro dan kontra terus saja ada. Enggak percaya? Komisi Perlindungan Anak Indonenesia (KPAI) aja nih sampai-sampai bilang UN ini adalah bentuk kekerasan yang dilakukan negara sama anak. Wuih serius nih Kak Badriyah Fayumi? “Stresnya lebih-lebih dari anaknya, bahkan harus bayar uang les dan lain sebagainya. Para guru juga tertekan karena kelulusan 100 persen itu seolah-olah menentukan citra sekolah dan ditargetkan juga oleh Dinas Pendidikan. Jadi sebenarnya UN ini kebijakan nasional yang pada tataran implementasi, baik persiapan maupun pelaksanaannya adalah betul-betul bentuk kekerasan negara terhadap anak,” kata kak Badriyah Fayumi. Kak Badriyah Fayumi yang jadi ketua KPAI menggarisbawahi banget bagaimana stressnya menghadapi UN. Yang stress bukan hanya siswa aja loh tapi juga guru dan orang tua murid. Gimana enggak stress kalau pelaksanaan UN juga kemudian dari tahun ke tahun bukannya membaik malah memburuk. Contohnya pelaksanaan UN tahun ini yang mundur di 11 provinsi. Mundurnya UN ini gara-gara soalnya yang enggak nyampe-nyampe. Salah satunya yang kejadian di Gorontalo. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Gorontalo, Pak Arfan Arsyad sampai bingung banget deh. “Kalau kita bicara capek, kami ini capek sekali. Karena sedikit-sedikit informasi ‘sudah diterbangkan’. Kami buru-buru ke bandara. Eh, sampai malam tidak datang,” curhat pak Arfan. Gorontalo tidak sendirin. Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah juga Sulawesi Selatan idem dito alias mengalami hal yang sama. Dududu kok bisa ya? Nggak cuma soal yang tidak sampai-sampai yang jadi masalah, Sobat Teen. Ada juga lembar soal ujian SMK yang tertukar sama soal berkas ujian siswa SMA. Aduhh aduhhh, ini terjadi di enam SMK di Bandung, Jawa Barat. Akhirnya, siswa SMK tersebut terpaksa mengisi soal ujian nasional bahasa Inggris yang terlebih dahulu difotocopy, tanpa menggunakan lembar jawaban. Haduuuhhh, kacauuu nih. Sobat kita dari SMA Negeri 1 Mataram Arditra dan Gayatri geeeemmmes sama pemerintah. Bagaimana tidak, sudah semangat-semangat belajar dan mempersiapkan ujian, tiba-tiba ditunda ujiannya. “Kecewa berat sih sama pemerintah, tapi mau gimana lagi. Udah belajar sana-sini sama teman, sampai les tambahan, tapi kalau sudah kayak gini mau gimana lagi. Dan beritanya telat sekali lagi,” Kata Arditra. “Karena agenda sekolah yang lain juga terpaksa mundur. Karena kan setelah UN SMA itu kan banyak rencana, ada teman-teman yang rencana mau ke luar daerah buat persiapan PTN jadi mundur. Karena anak SMA habis UN kan ada yang mulai Bimbel atau apa, yang uda nentuin tanggal ya jadi berantakan lagi,” ungkap Gayatri. Pak Menteri sih memang sudah minta maaf dan berjanji mempertanggungjawabkan menyelesaikan masalah ini. Tapi tetep, Kemendikbud tidak mau disalahkan terkait penundaan UN ini. “Jadi yang inspektorat temukan di lapangan itu bukan manajemen percetakan tapi manajemen pencetakan, yang menyebabkan terlambatnya pengepakandan memasukkan ke box lalu dibawa ke ekspedisi, dalam hal ini Lanud (Pangkalan TNI Angkatan Udara), itu yang menyebakan keterlambatan. Jadi manajemen pencetakan ini yang diakui juga saat presscon kemarin oleh pihak Ghalia sendiri,” ucap pak Ibnu Hamad membela diri. Itu tadi Juru Bicara Kemendikbud, Pak Ibnu Hamad. PT Ghalia adalah salah satu dari enam perusahaan percetakan yang mencetak soal-soal UN Sobat Teen. Pak Ibnu Hamad juga bilang, lima perusahaan lainnya tidak ada masalah, cuma PT Ghalia saja nih. Oke, nasi sudah menjadi bubur. Yang penting gimana caranya biar buburnya jadi enak iyakan sobat teen? Terussss seperti pesannya Arditra di Mataram buat pemerintah nih? “Pesannya buat pemerintah satu aja nih mba, agar tahun depan jangan diulangi lagi.” Selamat menempuh ujian nasional. Teen Voice doakan semuanya pada lulus dengan nilai memusakan ya.